ILMU NAHWU DAN
CONTOH LATIHAN
Makalah Ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan BAR
Dosen Pengampu
: Bp Abdul Munif
Disusun Oleh:
Soni Agus Setiawan (11420098)
Chubby Abdillah Nur Ahmad (11420094)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKRTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Nahwu merupakan bagian dari ‘Ulûmul ‘Arabiyyah, yang
bertujuan untuk menjaga dari kesalahan pengucapan maupun tulisan. Ilmu nahwu
adalah ilmu yang membahas tentang aturan akhir struktur kalimah (kata) apakah
berbentuk rafa’, nashab, jarr, atau jazm.
Ilmu Nahwu merupakan ilmu yang pertama kali dibukukan
dalam Islam, karena berkaitan dengan memelihara lisan dari kesalahan ketika
membaca al-Qur an. Disamping itu, ilmu Nahwu juga termasuk kategori ilmu
pembantu dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, ilmu Usul Fiqh, Tafsir,
Fiqh, Mantiq dan lain-lainnya.
Ketika Islam mampu mengembangkan sayapnya ke belahan
dunia. Maka, secara otomatis bahasa Arab juga ikut andil dalam hal itu. Karena
disamping sebagai bahasa resmi umat islam terutama shalat, juga Negara Arab
sebagai tempat turunnya agama Islam, yang ketika itu Makkah sebagai daerahnya.
Karena itu, bahasa Arab akhirnya banyak yang ingin mempelajarinya sehingga
tidak terlepaslah dari percampuran dengan bahasa lain yang secara pasti akan
merubah susunan gramatikalnya. Akhirnya, fenomena ini menjadi perhatian penting
pencinta dan pemerhati bahasa Arab sendiri, karena seringnya mereka menemukan
kesalahan (lahn) dalam berbicara dan penulisan. Hal ini terjadi, tidak lepas
karena orang non Arab (azam) dalam berbicara keseharian masih selalu menggunakan
bahasa
negaranya sendiri, sehingga ketika berbicara dengan orang yang berketurunan Arab selalu terdapat kesalahan dalam melafalkan kalimat.
negaranya sendiri, sehingga ketika berbicara dengan orang yang berketurunan Arab selalu terdapat kesalahan dalam melafalkan kalimat.
Dari makalah ini kami bermaksud untuk menjelaskan
tentang ilmu nahwu dan contoh soalnya. Mengingat ilmu nahwu juga sangat penting
dalam pembelajaran bahasa arab , agar tidak terjadi kesalahan susunan kata atau
kalimahnya . sehingga dapat ditangkap makna sebenarnya. Tidak lepas dari itu,
kami juga mohon kritik dan sarannya, mengingat makalah ini jauh dari sempurna.
RUMUSAN MASALAH
1) Apakah yang dimaksud dengan ilmu nahwu
2) Bagaimanakah ruang lingkup ilmu nahwu
3) Bagaimanakah contoh latihan soal ilmu nahwu?
TUJUAN
1) Mengetahui pengertian ilmu nahwu
2) Mengetahui ruang lingkup ilmu nahwu
3) Mengetahui contoh latihan soal ilmu nahwu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nahwu
1) Secara Bahasa
Lafadz النَحْوُ secara bahasa
memiliki enam makna yaitu :[1]
1. Bermakna ألقَصْدُ (menyengaja)
2. Bermakna الْجِهَةُ (arah)
Contoh : نَحَوْةُ نَحْوَالْبَىْتِ Saya
menyengaja ke arah rumah.
3. Bermakna اَلْمِثْلُ (seperti)
Contoh : زَىْدٌ نَحْوُ عَمْرٍو Zaid
seperti umar.
4. Bermakna اَلْمِقْدَارُ (kira-kira)
Contoh : عِنْدِى نَحْوُ الْفٍ Saya
memiliki kira-kira seribu.
5. Bermakna اَلْقِسْمُ (bagian)
Contoh : هَذَا عَلَى خَمْسَةِ
انْحَاءِ Perkara ini adalah lima bagian.
6. Bermakna اَلْبَغْضُ (sebagian)
Contoh : اكَلْتُ نَحْوَ
السَّمَكَةِ Saya telah memakan sebagian ikan.
Yang paling banyak dari enam makna di atas adalah maknah yang pertama.
2) Secara Istilah
Nahwu menurut istilah diucapkan pada dua hal :
A. Diucapkan untuk istilah fan ilmu nahwu yang
mencakup ilmu nahwu shorof atau juga disebut ilmu bahasa arab, yang devinisinya
adalah :
عِلْمٌ بِاُصُوْلِ مُسْتَمْبَطَةٍ مِن كَلاَمِ الْعَرَبِ يُعْرَفُ بِهَا
اَحْكَامُ الْكَلِمَاتِ الْعَرَبِيَةِ حَالَ اِفْرَدِهَا وَحَالَ تَرْكِبِهَا
Ilmu tentang Qoidah-qoidah (pokok-pokok) yang diambil dari kalam arab,
untuk mengetahui hukum (Hukumnya Kalimat) kalimat arab yangtidak disusun
(sepwrti panggilan, idghom, membuang dan mengganti huruf) dan keadaan kalimat
ketika ditarkib (seperti I’robdan mabni).[2]
B. Istilah nahwu untuk fan ilmu yang menjadi
perbandingan dari ilmu shorof, yang definisinya adalah :
عِلْمٌ بِاُصُوْلٍ مُسْتَنْطَةِ مِنْ قَوَاعِدِ الْعَرَبِ يُعْرَفُ بِهَا
اَحْوَالُ آَوَاخِرِ الْكَلِمِ إعْرَابًا وَبِنَاءٌ
Ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari qoidah-qoidah arab, untuk
mengetahui keadaan akhirnya kalimat dari segi I’rob dan mabni.[3]
Dari dua definisi diatas, yang dikehendaki adalah definisi yang
pertama, karena nahwu tidak hanya menjelaskan keadaan akhirnya kalimah dari
segi I’rob dan mabninya tetapi menjelaskan keadaan kalimat ketika tidak
ditarkib, yang berupa I’lal, idhom, pembuangan dan pergantian huruf, dan
lain-lain.
Nahwu merupakan salah satu dari dua belas cabang ilmu Lughot Al-arobiyyah[4] menduduki
posisi penting. Oleh karena itu, nahwu lebih layak untuk dipelajari mendahului
pengkayaan kosakata dan ilmu-ilmu lughot yang lain. Sebab, nahwu merupakan
instrument yang amat fital dalam memahami kalam allah, kalam rasul serta
menjaga dari kesalahan terucap.[5]
Oleh karena itu, sebagai disiplin ilmu yang dianggap penting, nahwu bukan
sekedar untuk pemanis kata, akan tetapi sebagai timbangan dan ukuran kalimat
yang benar serta bias menghindar kan pemahaman yang salah atas suatu wicara.[6]
Oleh karena itu,menurut kaidah hukum islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi
mereka yang ingin memahami Al-Qur’an, hukumnya fardu ‘ain.
B. Ruang Lingkup Ilmu Nahwu
v Sebab-sebab yang Mendorong Disusunnya Ilmu Nahwu
Bangsa Arab pada awalnya merupakan bangsa yang memiliki keahlian dalam
menggunakan dua bahasa sekaligus, yakni bahasa fasih dan bahasa dialek. Saat
sedang bersantai dengan keluarga misalnya, mereka menggunakan bahasa dialek.
Namun apabila pada saat yang lain mereka harus menggunakan bahasa fasih, mereka
pun sanggup melakukannya secara sempurna. Al-Qur’an dan sabda Nabi juga
disampaikan dalam bahasa Arab yang fasih.
Setelah Islam berhasil melakukan futuh ke berbagai negeri ajam (non Arab),
bangsa Arab mau tidak mau harus bergumul dengan bangsa-bangsa yang tidak
berbahasa Arab tersebut. Akibat pergumulan yang berlangsung secara intens dan
dalam waktu lama, bahasa Arab mulai terpengaruh oleh bahasa-bahasa lain.
Orang-orang non Arab berusaha untuk berbicara dalam bahasa Arab namun mereka
melakukan banyak kekeliruan. Orang Arab sendiri sedemikian toleran atas
berbagai kekeliruan berbahasa Arab, baik yang dilakukan oleh orang non Arab
maupun oleh orang Arab yang baru belajar berbahasa. Saat itu, kesalahan bukan
hanya dilakukan oleh orang awam namun juga oleh orang-orang terpelajar dan para
sastrawan. Dikisahkan, bahkan Al-Hajjaj, seorang yang sangat mahir berbahasa,
juga sempat melakukan kesalahan. Banyaknya kesalahan, terutama dalam
mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an, telah mendorong sebagian orang yang mahir
berbahasa untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa, yang pada kemudian hari dikenal
sebagi ilmu nahwu.
v TUJUAN DISUSUNNYA ILMU NAHWU
Tujuan utama penyusunan ilmu nahwu ialah agar bahasa Arab yang fasih tetap
terjaga sehingga Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari kesalahan. Di sisi
lain, ilmu nahwu juga bisa dipakai sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban
bahasa Al-Qur’an (اعجاز القرآن).
v SIAPAKAH YANG MULA-MULA MENYUSUN ILMU NAHWU?
Melalui pengkajian yang teliti, para ahli menetapkan bahwa yang meletakkan
gagasan awal dan dasar-dasar serta metodologi ilmu nahwu ialah Ali bin Abi
Thalib. Selanjutnya, pekerjaan tersebut dilanjutkan secara ekstensif oleh
muridnya yang bernama Abul Aswad.
Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa metodologi ilmu nahwu diadopsi dari
tata bahasa lain – terutama Yunani – melalui perantaraan orang-orang Suryani,
para ahli menyanggahnya dengan mengatakan bahwa metodologi itu orisinil dari
Arab, terutama dengan adanya Al-Qur’an. Para ahli mengatakan bahwa tata bahasa
Yunani memang sempat bergumul dan mempengaruhi ilmu nahwu, namun itu terjadi
setelah ilmu nahwu sendiri sudah berada di tengah-tengah formasinya.
v PERKEMBANGAN ILMU NAHWU DARI MASA KE MASA
Perkembangan ilmu nahwu dapat diruntut menjadi tiga periode:
1. Periode Perintisan dan Penumbuhan
(Periode Bashrah)
Perkembangan pada periode ini berpusat di Bashrah, dimulai sejak zaman Abul
Aswad sampai munculnya Al-Khalil bin Ahmad, yakni sampai akhir abad kesatu
Hijriyah. Periode ini masih bisa dibedakan atas dua sub periode, yaitu masa
kepeloporan dan masa pengembangan. Masa kepeloporan tidak sampai memasuki masa
Daulah Abbasiyah. Ciri-cirinya ialah belum munculnya metode qiyas (analogi),
belum munculnya perbedaan pendapat, dan masih minimnya usaha kodifikasi. Adapun
ciri-ciri masa pengembangan ialah makin banyaknya pakar, pembahasan
tema-temanya semakin luas, mulai munculnya perbedaan pendapat, mulai dipakainya
argumen dalam menjelaskan kaidah dan hukum bahasa, dan mulai dipakainya metode
analogi.
2. Periode Ekstensifikasi (Periode
Bashrah-Kufah)
Periode ini merupakan masa ketiga bagi Bashrah dan masa pertama bagi Kufah.
Hal ini tidak terlalu mengherankan, sebab kota Bashrah memang lebih dulu
dibangun daripada kota Kufah. Pada masa ini, Bashrah telah mendapatkan
rivalnya. Terjadi perdebatan yang ramai antara Bashrah dan Kufah yang
senantiasa berlanjut sampai menghasilkan apa yang disebut sebagai Aliran
Bashrah dengan panglima besarnya Imam Sibawaih dan Aliran Kufah dengan panglima
besarnya Imam Al-Kisa’i. Pada masa ini, ilmu nahwu menjadi sedemikian luas
sampai membahas tema-tema yang saat ini kita kenal sebagai ilmu sharf.
3. Periode Penyempurnaan dan Tarjih
(Periode Baghdad)
Di akhir periode ekstensifikasi, Imam Al-Ru’asi (dari Kufah) telah
meletakkan dasar-dasar ilmu sharf. Selanjutnya pada periode penyempurnaan, ilmu
sharf dikembangkan secara progresif oleh Imam Al-Mazini. Implikasinya, semenjak
masa ini ilmu sharf dipelajari secara terpisah dari ilmu nahwu, sampai saat
ini. Masa ini diawali dengan hijrahnya para pakar Bashrah dan Kufah menuju kota
baru Baghdad. Meskipun telah berhijrah, pada awalnya mereka masih membawa
fanatisme alirannya masing-masing. Namun lambat laun, mereka mulai berusaha
mengkompromikan antara Kufah dan Bashrah, sehingga memunculkan aliran baru yang
disebut sebagai Aliran Baghdad. Pada masa ini, prinsip-prinsip ilmu nahwu telah
mencapai kesempurnaan. Aliran Baghdad mencapai keemasannya pada awal abad
keempat Hijriyah. Masa ini berakhir pada kira-kira pertengahan abad keempat
Hijriyah. Para ahli nahwu yang hidup sampai masa ini disebut sebagai ahli nahwu
klasik.
Setelah tiga periode diatas, ilmu nahwu juga berkembang di Andalusia
(Spanyol), lalu di Mesir, dan akhirnya di Syam. Demikian seterusnya sampai ke
zaman kita saat ini.
Dalam ilmu Nahwu objek bahasannya tertuju pada kosa katsa Arab baik dalam
bentuk kata tunggal atau tersusun, mengenai vocal akhir (I’rob) yang
menentuakan suatu kata, mengenai pergantian, pembuangan dan I’lalul
huruf dan banyak yang lain.
Alam tata bahasa sintaksis Arab, dikenal istilah Fi’iil dan Harf,
jumlah Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhu jumlah. Dalam ilmu Nahwu banyak lagi
istilah dan persoalan yang dihadapi dapat diteliti dari buku-buku bahwa yang
banyak tersebar. Yang dikenal memprakarsai Nahwu adalah Ali bin Ali Thalib
beserta sahabatnya.
Adapun ilmu nahwu, kata kuncinya ialah kalimat (الجملة). Ia secara khusus berbicara tentang jabatan tiap elemen
kalimat dan secara umum berbicara tentang aturan mengenai hubungan antar elemen
tersebut. Demikianlah, ilmu nahwu telah digunakan untuk menganalisis secara
sintaktik bagian-bagian sebuah kalimat serta hubungan antar bagian-bagian
tersebut dalam apa yang dalam tradisi klasik kita sebut sebagai hubungan
penyandaran (الاسناد). Jadi ilmu nahwu
tidaklah hanya berbicar tentang harakat di akhir kata serta i’rabnya, namun ia
juga mengatur tentang bagaimana cara yang baik dalam menyusun dan merangkai
kalimat.
3. Contoh Latihan Ilmu Nahwu
I. Pilihlah salah satu jawaban a, b, c atau d yang paling tepat dan benar!
1. Kalam adalah terdiri dari bagian-bagian yang disebut
dengan…..
a.
Lafadz
c. Kata-kata
b.
Kalimat
d. Huruf
2. Lafadh yang tersusun yang berfaidah dan disengaja
disebut dengan….
a.
Kalimat
c. Kalam
b.
Kalim
d. Murokab
3. Kalimat fi'il adalah kalimat yang bisa menunjukan arti
dengan sendirinya dan ….
a.
Bersamaan dengan zaman
(waktu)
c. Harus dirangkai dengan kalimat lain
b.
Bersamaan dengan waktu yang akan datang d. Bersamaan waktu yang
telah lalu
4. Di bawah ini adalah tanda-tanda kalimat fiil, kecuali ….
a. السين
c. سو ف
b. قد
d. في
5. Berikut ini adalah tanda-tanda kalimat fi'il yang bisa
masuk pada fi'il madhi dan fi'il mudhori'.
a. السين
c. سو ف
b. قد
d. في
6. 10.Huruf yang digunakan untuk sumpah disebut dengan
huruf ….
a.
Qolb
c. Syarat
b.
Jer
d. Qosam
7. I'rob yang dikira-kirakan disebut I'rob ….
a.
Qiyasi
c. Taqdiri
b.
Hikayat
d. Lafdzi
8. Apa sajakah dari keempat i'rob yang ada yang bisa
masuk pada kalimat isim maupun fi'il
a.
Jazm
rofa'
c. Rofa' Nashob
b.
Rofa' jer /
khofadz
d. Jazem jer / khofadz
9. I'rob jer dan jazm disebut dengan …
a.
I'rob
Mukhtas
c. I'rob Mabni
b.
I'rob
Musytarok
d. I'rob Hakiki
10. Jama' muannassalim ketika rofa' ditandai dengan ….
a.
Alif
c. Kasroh
b.
Dhommah
d. Nun
11. Di bawah ini adalah kalimat-kalimat yang ketika rofa'
ditandai dengan dhommah adalah ..
a.
Jama'taksir, asmaul khomsah
b.
Af'alul khomsah, fi'il mudhori', shohih akhir
c.
Jama' muanassalim, Fi'il mudhori' yang tidak bertemu dengan dhomir
d.
Jama'mudzakar salim, isim mufrod
12. ..…adalah isim jama' yang ditandai dengan alif dan ta'
marbuthoh
a.
Jama'mudzakarsalim
c. Jama' taktsir
b.
Jama'
muannassalim
d. Isim jama'
13. …..adalah kalimat yang menunjukan arti satu, bukan
asmaul khomsah dan tidak menyerupai isim tasniyyah dan jama'.
a.
Isim
tasniyyah
c. Isim jama'
b.
Isim
mufrod
d. Isim fa'il
14. Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang ketika rofa'
ditandai dengan wawu, adalah ….
a. Af'alul khomash, asmaul
khomsah c. Jama' taksir, Isim mufrod
b. Jama' mudzakarsalim, asmaul khomsah d. Jama'
muanassalim, fi'il mudhori'
15. ….. adalah isim
jama' yang ditandai dengan wawu dan nun ketika rofa' dan ditandai dengan ya'
dan nun ketika nashob dan jer.
a. Jama'
taksir
c. Isim mufrod
b. Jama'
mudzakarsalim
d. Jama' muanassalim
16. Isim tasniyyah ketika rofa' ditandai dengan …..
a.
Alif
c. Isim mufrod
b.
Nun
d. Wawu
17. ….. ketika rofa' ditandai dengan tetapnya Nun.
a. Af'alul
khomsah
c. Asmaul khomsah
b. Af'alul
muqorrobah
d. Jama' mudzakarsalim
18. Tanda-tanda i'rob nashab ada ….
a.
Empat
c. Tiga
b.
Lima
d. Enam
19. Fi'il mudhori' yang shohih akhir ketika nashab
ditandai dengan …..
a.
Alif
c. Kasroh
b.
Fathah
d. Dhomah
20. Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang ketika nashob
ditandai dengan yaa' dan nun adalah …
a. Jama' taksir, jama'
muanassalim
c. Fi'il mudhori' shohih
akhir
b. Jama' mudzakarsalim, isim tasniyyah
d. Af'alul khomsah
Isilah titik-titik pada kalimat-kalimat di bawah ini dengan Isim Isyarah ذلك atau تلك:
....... بقرة
|
10)
|
....... أم
|
1)
|
....... مكتب
|
11)
|
....... أب
|
2)
|
....... ناقة
|
12)
|
....... قلم
|
3)
|
....... مهندس
|
13)
|
....... ملعقة
|
4)
|
....... مؤذّن
|
14)
|
....... عين
|
5)
|
....... ممرّضة
|
15)
|
....... حجر
|
6)
|
....... سرير
|
16)
|
....... قميص
|
7)
|
....... حديقة
|
17)
|
....... قدر
|
8)
|
....... طالبة
|
18)
|
....... نافذة
|
9)
|
....... بطّة
|
20)
|
....... جمل
|
19)
|
Ubahlah Isim yang berwarna merah dalam kalimat-kalimat di bawah ini menjadi
Isim Jama' dan sesuaikanlah bentuk kata yang lainnya seperti contoh berikut
ini:
من هذا الرجل؟ هو حاج
|
|
من هؤلاء الرجال؟ هم حجاج
|
|
من أين هذا الطالب؟ هو
من الهند
|
1)
|
أين التاجر الكبير؟ هو
في السوق
|
2)
|
أين المدرس الجديد؟ هو
عند المدير
|
3)
|
أين الطالب الجديد؟
أهو في الفصل؟
|
4)
|
أهذا الطالب غني؟ لا،
هو فقير
|
5)
|
من هذا الرجل؟ هو ضيف
|
6)
|
لي أخ كبير. هو طالب
بالجامعة
|
7)
|
أين صديقك؟ ذهب إلى
المكتبة
|
8)
|
محمد له ابن صغير. هو
طالب في المدرسة
|
9)
|
أزميلك مجتهد؟ نعم، هو مجتهد
|
10
|
Bacalah karangan
sederhana di bawah ini dengan harakat yang benar, kemudian terjemahkanlah ke
dalam Bahasa Indonesia, kalimat demi kalimat:
مدرستي
هذه مدرستي. هي قريبة من المسجد. هي مدرسة كبيرة
لها ثلاثة أبواب. أبوابها مفتوحة الآن.
في المدرسة فصول كثيرة. هذا فصلنا. وهو فصل واسع.
فيه نافذتان كبيرتان. وفيه مكاتب وكراسي. وفيه سبورة كبيرة. هذا مكتب المدرس وذاك
كرسيه. وتلك مكاتب الطلاب وكراسيهم. مكتب المدرس كبير ومكاتب الطلاب صغيرة.
في فصلنا عشرة طلاب. وهم من بلاد مختلفة. هذا محمد
وهو من اليابان. وهذا خالد وهو من الصين. وهذا أحمد وهو من الهند. وهذا إبراهيم
وهو من غانا. وهذا إسماعيل وهو من نيجيريا. وهذا يوسف وهو من إنكلترا. وهذا بيرم
وهو من تركيا. وهذا عمار وهو من ماليزيا. وهذا علي وهو من أمريكا. وهذا أبو بكر
وهو من يوغسلفيا.
هم من بلاد مختلفة، ولغاتهم مختلفة، وألوانهم
مختلفة. ولكن دينهم واحد، وربهم واحد، ونبيهم واحد، وقبلتهم واحدة. هم مسلمون
والمسلمون إخوة.
هذا مدرسنا. اسمه الشيخ بلال. وهو من سوريا. وهو
رجل صالح. نحن نحبه كثيرا.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ilmu nahwu
bertujuan untuk menjaga dari kesalahan dan sebagai pengantar untuk memahami
Ilmu-ilmu lainnya.
2.
Tujuan
utama penyusunan ilmu nahwu ialah agar bahasa Arab yang fasih tetap terjaga
sehingga Al-Qur’an dan hadits Nabi juga terjaga dari kesalahan. Di sisi lain,
ilmu nahwu juga bisa dipakai sebagai sarana untuk mengungkap keajaiban bahasa
Al-Qur’an (اعجاز القرآن).
3.
Dalam soal
latihan bahasa arab terdapat berbagai macam jenis atau metode. Dari semua
latihan soal tersebut diharapkan dapat diperoleh hasil belajar siswa. Yang
kemudian hasil ini bisa dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan siswa dan dapat
tercapai tujuan pendidikan.
B. Saran
Dari beberapa Uraian
diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja maupun tidak,
dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala
keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Hudlori Hasyiyah 1, Hal.10
Ibnu Wahid Alfat, Reaktualisasi Fan
Nahwu, genesa product, Hal.19
Muhammad bin ‘Ali As Shobban, Hasyi’ah
As-Shobban (Haromain), 1;16
Taqrirot Al Fiyyah, Hal.02