MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING
BERBASIS EDUTAINMENT
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah
Model Pengajaran Kemahiran Bahasa
Arab , Dosen Pengampu: Bp. Syamsuddin
|
Disusun Oleh:
Soni Agus Setiawan
NIM
11420098
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan
strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan
interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi
tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai
sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses
informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam
Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif
dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa
mendukung pembelajaran.
Pendidikan
Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang
saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah
metode dan pembelajaran yang bersistem Edutainment. Pengkajian terhadap
metode memang menjadi bahan diskusi yang tetap aktual dan menarik, begitu juga
dengan edutainment yang mempengaruhi proses pembelajaran, dimana dengan
ini akan menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, efisien lancar karena
pembelajaran dapat menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa didik. Keduanya
antara metode yang baik dan juga edutainmen turut menentukan berhasil tidaknya
proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu
metode dan edutainment mesti dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan zaman.
Dalam
konteks pendidikan Islam, metode dan edutainment pendidikan tentu memiliki
karakteristik yang berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Maka pengembangan
metode dan edutainment yang diinginkan dalam sistem pendidikan Islam harus
sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan
model pembelajaran Cooperative Learning
2. Apakah yang dimaksud dengan
Edutainment ?
3. Bagaimana Impelementasi Model
Pembelajaran Cooperative Learning dalam Pembelajaran yang berbasis Edutainment
4. Apa saja Kelebihan dan
kelemahan Pembelajaran ini?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang
dimaksud dengan model pembelajaran Cooperative Learning
2. Untuk mengetahui yang
dimaksud dengan Edutainment ?
3. Mengetahui Impelementasi Model Pembelajaran Cooperative
Learning dalam Pembelajaran yang berbasis Edutainment
4. Mengetahui Apa saja Kelebihan
dan kelemahan Pembelajaran ini?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperatif
Learning
Telah dikembangkan dan
diteliti berbagai macam pendekatan pembelajaran kooperatif yang amat berbeda
satu dengan yang lain. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih. Cooperative Learning mengacu pada
metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling
membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri
dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan
ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda. Khas Cooperative Learning yaitu siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif.
Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan
tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal:
a.
Bagaimana menjadi pendengar yang baik
b.
Bagaimana memberi penjelasan yang baik
c.
Bagaimana cara mengajukan pertanyaan
dengan benar dan lain-lainnya.
Peran guru dalam pembelajaran
cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator
akan terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan
semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis.
Masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya
kepada siswa lain.
Anggota kelompok dalam
pembelajaran kooperatif terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan yang
berbeda yakni kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembelajaran
kooperatif setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap tugas
individu tetapi juga membantu proses belajar teman sekelompoknya. Model
Cooperative Learning dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa yang
dapat dilakukan dengan mengadakan suatu penelitian dan penyelidikan oleh siswa
secara berkelompok, kemudian hasil penelitian dan penyelidikan tersebut harus
dilaporkan kepada seluruh kelas.
Model Cooperative
Learning memberikan dampak yang positif bagi siswa yang memiliki hasil belajar
yang rendah dibandingkan dengan belajar secara individual. Pembelajaran dengan
menggunakan model Cooperative Learning dilandasi dengan Teori Kontruktivisme.
Teori Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa.
Siswa harus mampu membangun pengetahuan dan memberikan makna melalui pengalaman
yang nyata. Oleh karena itu teori kontruktivisme lebih menekankan bagaimana
siswa memproses informasi dan kognitivisme yang menyatakan interaksi bisa
mendukung pembelajaran.
B.
Pengertian
Edutainment dan Perspektifnya dalam Pendidikan
Sebagaimana telah dijelaskan oleh
sutrisno dalam bukunya “Revolusi pendidikan di Indonesia ” bahwa Edutainment
berasal dari kata “ Education (
pendidikan)” dan “ Entertainment (hiburan)”. Jadi Edutainment dari segi bahasa
berarti pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. Sedangkan dari segi
terminologi, Edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang di desain
sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan
secara harmonis. Sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
Pembelajaran yang menyenangkan biasanya dilakukan dengan humor, permainan
(game), bermain peran (role- play) dan demonstrasi, tetapi dapat juga dengan
rasa- rasa senang dan mereka menikmatinya.
Munculnya konsep edutainment, yang
mengupayakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, telah membuat
suatu asumsi bahwa : pertama, perasaan positif (senang/gembira) akan
mempercepat pembelajaran, kedua, jika seorang mampu menggunakan potensi nalar
dan emosi secara jitu, maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar yang
tidak terduga sebelumnya, ketiga, bila setiap pembelajar dapat dimotivasi
secara tepat dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya
belajar dan modalitas mereka, mereka semua akan dapat mencapai hasil belajar
yang optimal.
Adapun Asumsi –Asumsi yang melandasi
edutainment
1.
Perasaan yang bersifat Positif, dengan
adanya perasaan yang bersifat positif (Senang/ gembira) , pembelajaran akan
terasa lebih mudah dan mempercepat proses pembelajaran , sedangkan perasaan
negatifk,seperti sedih, takut, terancam atau merasa tidak mampu, akan
memperlambat belajar atau bahkan dapat menghentikannya sama sekali. Dalam upaya
menciptakan kondisi ini, maka konsep edutainment mencoba memadukan dua
aktivitas yang tadinya terpisah dan tidak berhubungan, yakni pendidikan dan
hiburan.
2.
Jika seseorang mampu menggunakan potensi
nalar dan emosinya secara jitu, maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar
yang tidak terduga sebelumnya. Dengan menggunakan metode yang tepat, siswa
meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda; hal ini merupakan peluang dan
sekaligus tantangan yang menggembirakan bagi kalangan pendidik. Teori-teori belajar
yang berusaha menggembangkan kemampuan belajar, sehingga membuat
lompatan-lompatan prestasi inilah yang kemudian dikenal dengan teori-teori
belajar era Quantum. Dalam implementasinya, teori-teori belajar era Quantum
ini dikenal dalam berbagai nama seperti
Active Learning, Quantum Teaching,
The Power of Learning style, Genius learning, Learning Revolution, dan
lain-lain. Pada intinya tujuan dari berbagai teori pembelajaran ini sama,
yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.
3.
Apabila setiap pembelajaran dapat
dimotivasi dengan tepat dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai
gaya belajar dan modalitas mereka, maka mereka semua akan dapat mencapai hasil
belajar yang optimal. Pendekatan-pedekatan yang digunakan adalah membantu siswa
untuk bisa mengerti kekuatan dan kelabihan mereka sesuai dengan gaya belajar
mereka masing-masing. Anak didik akan diperkenalkan dengan cara dan proses
belajar yang benar, sehingga mereka akan belajar dengan benar, sesuai dengan
gaya masing-masing.
C. Implementasi Model
Pembelajaran Cooperative Learning yang berbasis Edutainment
Model Pembelajaran Kooperatif jika
dimasuki unsure-unsur permainan dapart meningkatkan motivasi siswa. Karena pembelajaran
yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Dan berguna untuk
menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan
proses belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus
mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macamm motif
dalam belajar. Ada empat kategori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang
baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu 1. motivasi
intrinsik (siswa belajar karena tertarik
dengan tugas-tugas yang diberikan), 2. motivasi instrumental (siswa
belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment), 3. motivasi
sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan 4.
motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain
bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya).
Perpaduan antara belajar dan bermain
ini mengacu pada sifat alamiah anak yang dunianya adalah bermain. Bagi anak
jarak antara belajar dan bermain begitu tipis. Pilihan model pembelajaran
edutainment ini juga berlandaskan hasil
riset cara kerja otak. Penemuan- penemuan terbaru ini bahwa anak akan belajar
efektif bila dalam keadaan Fun dan bebas dari tekanan ( revolution learning).
Tiada waktu yang paling menyenangkan pada usia dini, kecuali ketika kita sedang
bermain. Kak Seto Mulyadi menyebutkan bahwa bermain tidak bertentangan dengan
kegiatan belajar. Justru dengan bermain sesuai dengan tahap perkembangan anak,
sangat membantu proses belajar mengajar.
Adapun Desain pembelajaran
yang berprespektif edutainment dalam Cooperative Learnning adalah
1)
membuat peserta didik gembira dan
membuat belajar menjadi terasa lebih mudah, baik dalam kelompok maupun secara
personal
2)
mendesain pembelajaran dengan selipan
humor atau mendesain humor dan pemainan edukatif untuk memperkuat pemahaman
materi,
3)
komunikasi yang efektif dalam kelompok dan
penuh keakraban,
4)
penuh kasih sayang dalam berinteraksi
dengan peserta didik,
5)
menyampaikan materi pelajaran yang
dibutuhkan dan bermanfaat,
6)
Menyampaikan materi yang sesuai dengan
usia dan kemampuan peserta didik,
memberikan pujian (reward)
dan hadiah sebagai motivasi agar peserta didik dapat lebih berprestasi lagi.
Meski demikian, pada kasus tertentu, pendidik dapat memberikan sanksi atau
hukuman jika secara edukatif diperlukan.
Contoh Tipe Pembelajaran Cooperative Learning berbasis
Edutainment
– Picture and Picture
Sesuai dengan namanya, tipe ini
menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara
seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
– Problem Posing
Tipe pembelajaran kooperatif
problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan
kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada membangun
struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan
kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan
skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan.
Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam
membentuk pertanyaan sendiri.
– Problem Solving
Problem solving (pembelajaran
berbasis masalah) merupakan pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk
dapat menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru atau
dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif
dalam memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif
siswa.
– Team Games Tournament (TGT)
Pada pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing
anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen
adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu
yang paling cepat.
– Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Tipe CIRC dalam model
pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran yang diadaptasikan dengan
kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi
yang dibacanya.
– Learning Cycle (Daur Belajar)
Learning Cycle merupakan tipe
pembelajaran yang memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan
(engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan
(explanation), (4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi
(evaluation).
– Cooperative Script (CS)
Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan
dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang
dipelajari.
F. Kelebihan dan kekurangan Cooperative
Learning
1.
Kelebihan cooperative learning yaitu:
a. Meningkatkan harga diri tiap
individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan
individu yang lebih besar
c. Konflik antar pribadi
berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman lebih mendalam
f. Retensi atrau penyimpanan
lebih dalam
g. Meningkatkan kebaikan
budi,kepekaan,dan toleransi
h. Cooperative learning
dapat mencegah keagresivan
dalam system kompetisi dan keterasingan dalam system individu tanpa
mengorbankan aspek kognitif.
i.
Meningkatkan kemajuan belajar
(pencapaian akademik)
j.
Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap
yang lebih positive
k. Menambah motivasi dan percaya
diri
l.
Menambah
rasa senang berada
disekolah serta menyenangi
teman-teman sekelasnya
m. Mudah diterapkan dan tidak
mahal
2.
Kelemahan cooperative learning yaitu:
a. Guru khawatir bahwa akan
terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru
mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukajn diluar kelas seperti di
laboratorium matematika, aula, atau ditempat yang terbuka.
b. Banyak siswa
tidak senang apabila
disuruh bekerjasama dengan
yang lain. Siswa yang tekun
merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam group mereka, sedangkan
siswa yang kurang
mampu merasa minder
ditempatkan dalam satu group
dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya
menumpang pada hasil jerih payahnya.
Hal ini
tidak perlu dikhawatirkan
sebab dalam cooperative
learning bukan kognitifnya saja yang
dinilai tetapi dari segi efektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti
kerjasama diantara anggota
kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang
diberikan kepada kelompok
BAB III
PENUTUP
DAN KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Cooperative Learning adalah penting dan layak untuk
diterapkan dalam pembelajaran karena
teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan
belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka.Sedangkan
Edutainment itu adalah suatu proses pembelajaran yang di desain sedemikian rupa
sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan secara harmonis.
Sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Perasaan yang bersifat
Positif, dengan adanya perasaan yang bersifat positif (Senang/ gembira) ,
pembelajaran akan terasa lebih mudah dan mempercepat proses pembelajaran, Jika
seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, maka ia
akan membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga sebelumnya, Apabila
setiap pembelajaran dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar dengan cara yang
benar, cara yang menghargai gaya belajar dan modalitas mereka, maka mereka
semua akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Begitu juga dengan
perspektif ilmu pendidikan dalam islam, kedua ini antara metode dan edutainment
juga sangat berpengaruh dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan
Demikian makalah ini kami sampaikan,
semoga bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
E. Slavin, Robert.Cooperatif Learning
(Teori, Riset dan Praktik).2009. Cet. III. Bandung : Nusa Media
Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer.
Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. 2011. Ed. 8 Cet.I. Jakarta :
Kencana
Arief, Armai.Dr,
M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002)
Hamruni, H , Dr,
M.Si. Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang Akademik
UIN Sunan Kalijaga, 2008)
Janan , Ahmad Dr. M.A, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan
(tinjauan Filosifis), (Yogyakarta: Suka Press, 20 )
Arief, Armai.Dr,
M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002)