MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING BERBASIS EDUTAINMENT

Friday, August 01, 2014
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING
BERBASIS EDUTAINMENT
Makalah  Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah
Model Pengajaran Kemahiran Bahasa Arab , Dosen Pengampu: Bp. Syamsuddin



Logo-uin-suka-jogja
Disusun Oleh:
Soni Agus Setiawan
NIM 11420098


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
            Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah metode dan pembelajaran yang bersistem Edutainment. Pengkajian terhadap metode memang menjadi bahan diskusi yang tetap aktual dan menarik, begitu juga dengan edutainment yang mempengaruhi proses pembelajaran, dimana dengan ini akan menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, efisien lancar karena pembelajaran dapat menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa didik. Keduanya antara metode yang baik dan juga edutainmen turut menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu metode dan edutainment mesti dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
Dalam konteks pendidikan Islam, metode dan edutainment pendidikan tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Maka pengembangan metode dan edutainment yang diinginkan dalam sistem pendidikan Islam harus sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran Cooperative Learning
2.      Apakah yang dimaksud dengan Edutainment ?
3.      Bagaimana Impelementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam Pembelajaran yang berbasis Edutainment
4.      Apa saja Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran ini?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran Cooperative Learning
2.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Edutainment ?
3.      Mengetahui  Impelementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam Pembelajaran yang berbasis Edutainment
4.      Mengetahui Apa saja Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran ini?




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Cooperatif Learning
Telah dikembangkan dan diteliti berbagai macam pendekatan pembelajaran kooperatif yang amat berbeda satu dengan yang lain. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda.  Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif.  Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal:
a.              Bagaimana menjadi pendengar yang baik
b.              Bagaimana memberi penjelasan yang baik
c.              Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator akan terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis. Masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.
Anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda yakni kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap tugas individu tetapi juga membantu proses belajar teman sekelompoknya. Model Cooperative Learning dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa yang dapat dilakukan dengan mengadakan suatu penelitian dan penyelidikan oleh siswa secara berkelompok, kemudian hasil penelitian dan penyelidikan tersebut harus dilaporkan kepada seluruh kelas.
 Model Cooperative Learning memberikan dampak yang positif bagi siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan belajar secara individual. Pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning dilandasi dengan Teori Kontruktivisme. Teori Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Siswa harus mampu membangun pengetahuan dan memberikan makna melalui pengalaman yang nyata. Oleh karena itu teori kontruktivisme lebih menekankan bagaimana siswa memproses informasi dan kognitivisme yang menyatakan interaksi bisa mendukung pembelajaran.
B.     Pengertian Edutainment dan Perspektifnya dalam Pendidikan
          Sebagaimana telah dijelaskan oleh sutrisno dalam bukunya “Revolusi pendidikan di Indonesia ” bahwa Edutainment berasal dari kata “          Education ( pendidikan)” dan “ Entertainment (hiburan)”. Jadi Edutainment dari segi bahasa berarti pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. Sedangkan dari segi terminologi, Edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang di desain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan secara harmonis. Sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan biasanya dilakukan dengan humor, permainan (game), bermain peran (role- play) dan demonstrasi, tetapi dapat juga dengan rasa- rasa senang dan mereka menikmatinya.
          Munculnya konsep edutainment, yang mengupayakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, telah membuat suatu asumsi bahwa : pertama, perasaan positif (senang/gembira) akan mempercepat pembelajaran, kedua, jika seorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosi secara jitu, maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga sebelumnya, ketiga, bila setiap pembelajar dapat dimotivasi secara tepat dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya belajar dan modalitas mereka, mereka semua akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Adapun Asumsi –Asumsi yang melandasi edutainment
1.            Perasaan yang bersifat Positif, dengan adanya perasaan yang bersifat positif (Senang/ gembira) , pembelajaran akan terasa lebih mudah dan mempercepat proses pembelajaran , sedangkan perasaan negatifk,seperti sedih, takut, terancam atau merasa tidak mampu, akan memperlambat belajar atau bahkan dapat menghentikannya sama sekali. Dalam upaya menciptakan kondisi ini, maka konsep edutainment mencoba memadukan dua aktivitas yang tadinya terpisah dan tidak berhubungan, yakni pendidikan dan hiburan.
2.            Jika seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga sebelumnya. Dengan menggunakan metode yang tepat, siswa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda; hal ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan yang menggembirakan bagi kalangan pendidik. Teori-teori belajar yang berusaha menggembangkan kemampuan belajar, sehingga membuat lompatan-lompatan prestasi inilah yang kemudian dikenal dengan teori-teori belajar era Quantum. Dalam implementasinya, teori-teori belajar era Quantum  ini dikenal dalam berbagai nama seperti  Active Learning, Quantum Teaching, The Power of Learning style, Genius learning, Learning Revolution, dan lain-lain. Pada intinya tujuan dari berbagai teori pembelajaran ini sama, yaitu bagaimana membuat proses pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.
3.            Apabila setiap pembelajaran dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya belajar dan modalitas mereka, maka mereka semua akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Pendekatan-pedekatan yang digunakan adalah membantu siswa untuk bisa mengerti kekuatan dan kelabihan mereka sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Anak didik akan diperkenalkan dengan cara dan proses belajar yang benar, sehingga mereka akan belajar dengan benar, sesuai dengan gaya masing-masing.

         
C.    Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning yang berbasis Edutainment
          Model Pembelajaran Kooperatif jika dimasuki unsure-unsur permainan dapart meningkatkan motivasi siswa. Karena pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Dan berguna untuk menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macamm motif dalam belajar. Ada empat kategori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu 1. motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik  dengan tugas-tugas yang diberikan), 2. motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment), 3. motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan 4. motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya).
          Perpaduan antara belajar dan bermain ini mengacu pada sifat alamiah anak yang dunianya adalah bermain. Bagi anak jarak antara belajar dan bermain begitu tipis. Pilihan model pembelajaran edutainment ini juga  berlandaskan hasil riset cara kerja otak. Penemuan- penemuan terbaru ini bahwa anak akan belajar efektif bila dalam keadaan Fun dan bebas dari tekanan ( revolution learning). Tiada waktu yang paling menyenangkan pada usia dini, kecuali ketika kita sedang bermain. Kak Seto Mulyadi menyebutkan bahwa bermain tidak bertentangan dengan kegiatan belajar. Justru dengan bermain sesuai dengan tahap perkembangan anak, sangat membantu proses belajar mengajar.
Adapun Desain pembelajaran yang berprespektif edutainment dalam Cooperative Learnning adalah
1)         membuat peserta didik gembira dan membuat belajar menjadi terasa lebih mudah, baik dalam kelompok maupun secara personal
2)         mendesain pembelajaran dengan selipan humor atau mendesain humor dan pemainan edukatif untuk memperkuat pemahaman materi,
3)         komunikasi yang efektif dalam kelompok dan penuh keakraban,
4)         penuh kasih sayang dalam berinteraksi dengan peserta didik,
5)         menyampaikan materi pelajaran yang dibutuhkan dan bermanfaat,
6)         Menyampaikan materi yang sesuai dengan usia dan kemampuan peserta didik,
memberikan pujian (reward) dan hadiah sebagai motivasi agar peserta didik dapat lebih berprestasi lagi. Meski demikian, pada kasus tertentu, pendidik dapat memberikan sanksi atau hukuman jika secara edukatif diperlukan.
Contoh Tipe Pembelajaran Cooperative Learning berbasis Edutainment
– Picture and Picture
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
– Problem Posing
Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan. Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.
– Problem Solving
Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
– Team Games Tournament (TGT)
Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat.
– Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 
Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.
– Learning Cycle (Daur Belajar)
Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation). 
– Cooperative Script (CS)
Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

F. Kelebihan dan kekurangan Cooperative Learning
1.  Kelebihan cooperative learning yaitu: 
a.       Meningkatkan harga diri tiap individu
b.      Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar
c.       Konflik antar pribadi berkurang 
d.      Sikap apatis berkurang 
e.       Pemahaman lebih mendalam 
f.       Retensi atrau penyimpanan lebih dalam
g.      Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan,dan toleransi
h.      Cooperative  learning  dapat  mencegah  keagresivan  dalam  system  kompetisi  dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i.        Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik)
j.        Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positive
k.      Menambah motivasi dan percaya diri 
l.        Menambah  rasa  senang  berada  disekolah  serta  menyenangi  teman-teman sekelasnya
m.    Mudah diterapkan dan tidak mahal
2.  Kelemahan cooperative learning yaitu:
a.       Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukajn diluar kelas seperti di laboratorium matematika, aula, atau ditempat yang terbuka.
b.      Banyak  siswa  tidak  senang  apabila  disuruh  bekerjasama  dengan  yang  lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam group mereka,  sedangkan  siswa  yang  kurang  mampu  merasa  minder  ditempatkan dalam  satu group dengan  siswa yang  lebih pandai. Siswa yang  tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil  jerih payahnya. Hal  ini  tidak  perlu  dikhawatirkan  sebab  dalam  cooperative  learning  bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi efektif dan psikomotoriknya juga dinilai  seperti  kerjasama  diantara  anggota  kelompok,  keaktifan  dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok
BAB III
PENUTUP
DAN KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cooperative Learning adalah penting dan layak untuk diterapkan dalam pembelajaran karena  teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka.Sedangkan Edutainment itu adalah suatu proses pembelajaran yang di desain sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat dikombinasikan secara harmonis. Sehingga pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Perasaan yang bersifat Positif, dengan adanya perasaan yang bersifat positif (Senang/ gembira) , pembelajaran akan terasa lebih mudah dan mempercepat proses pembelajaran, Jika seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar yang tidak terduga sebelumnya, Apabila setiap pembelajaran dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya belajar dan modalitas mereka, maka mereka semua akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Begitu juga dengan perspektif ilmu pendidikan dalam islam, kedua ini antara metode dan edutainment juga sangat berpengaruh dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan
Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya.





DAFTAR PUSTAKA
E. Slavin, Robert.Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktik).2009. Cet. III. Bandung : Nusa Media
Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. 2011. Ed. 8 Cet.I. Jakarta : Kencana
Arief, Armai.Dr, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)
Hamruni, H , Dr, M.Si. Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008)
Janan , Ahmad  Dr. M.A, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan (tinjauan Filosifis), (Yogyakarta: Suka Press, 20  )
Arief, Armai.Dr, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)


Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments